Well, well … kadang-kadang waktu berjalan begitu cepat. Gak terasa! Buktinya Ramadhan hampir selesai dan terasa baru kemaren mulainya. Yup, hampir sebulan puasa, sahur … alhamdulillah, full! Gak tau, ibadahku diterima apa enggak, itu urusan Yang Di Atas. Yang pasti saya ikhlas, lillahita’ala ngejalanin.
Umh, kemaren ada teman yang berangkat ke lokasi KKN. Katanya, “doain aku yah…”
Saya senyum saja waktu baca sms-nya. Nah, manusia ya seperti itu. Doa pun diperalat untuk mendapatkan kesuksesan. Manusia gak hanya percaya pada Tuhan, tapi ingin memiliki Tuhan yang bisa dipaksa untuk memberikan apa saja yang dimauinya. Manusia percaya, Tuhan itu Maha Kaya, karenanya setiap hari Tuhan dirongrong, dituntut, di-demo lewat doa agar segera menyebarkan rezeki. Dan manusia tinggal berebut, saling gontok-gontokan, saling sikat untuk menjarah lebih banyak. Untuk mengkapling rezeki seluas-luasnya. Kalo perlu Tuhan pun akan dimilikinya. Huh!
Jadi ingat novel Taksi – Eddy Suhendro. Dia banyak membahas Erich Fromm, “To Have or To Be?“. Ya, seperti itulah. Manusia dipandang sebagai ‘apa yang dimilikinya‘, bukan ‘siapa dirinya‘. Akhirnya orang mengumpulkan harta benda sebanyak-banyaknya. Gak perduli caranya, yang penting bisa To Have. Manusia-manusia Hedonis bermunculan. Yang kuat jadi kaya, yang lemah jadi melarat. Akhirnya si miskin berusaha merebut harta si kaya. Kriminalitas meningkat …. dan … AH, PUSING!!