Serangan perengkah menyebabkan sistem mengalami galat ketika daring, kemudian tutup padam secara tiba-tiba.
Kalimat di atas saya susun sendiri, saya baca sendiri, dan lantas saya jadi bingung sendiri. Tapi pada akhirnya saya bisa merasakan sebuah lelucon. Sangat lucu, sebab kalimat tersebut justru telah mengikuti aturan yang dihasilkan oleh Pokja Pembakuan Istilah TI.
Sebagai informasi, Kelompok Kerja ini dilegalisasi melalui Instruksi Presiden Nomor 2 tahun 2001 untuk menerjemahkan dan mencari padanan kata istilah-istilah dalam dunia Teknologi Informasi (TI). Hasilnya, selama bertahun-tahun saya tetap merasa aneh dan lucu saat menemukan istilah TI yang telah dibakukan ke dalam bahasa Indonesia. Padahal seharusnya menerjemahkan bertujuan untuk mempermudah pengguna dalam memahami. Tapi kenyataannya seperti yang saya –dan mungkin juga Anda– alami, bukannya mencerdaskan malah menyesatkan.
Beberapa istilah memang masih bisa ditolerir oleh telinga kita, karena adanya kemiripan lafal dan ejaan. Misalnya information technology (teknologi informasi), social media (media sosial), cellular phone/cellphone (telepon seluler/ponsel), application (aplikasi), operating system (sistem operasi), access (akses), account (akun), atau theme (tema). Istilah-istilah tersebut kemudian ikut menjadi populer sehingga kita tidak lagi memperdulikan mana yang asing dan mana yang baku karena sama-sama enak didengar.
Tapi bagaimana dengan kalimat di atas? Kalimat tersebut (“Serangan perengkah menyebabkan sistem mengalami galat ketika daring, kemudian tutup padam secara tiba-tiba.”) niscaya lebih mudah dipahami jika saya menulisnya seperti ini: “Serangan cracker menyebabkan sistem mengalami error ketika online, kemudian shut down secara tiba-tiba.” Setuju? . Atau mungkin senarai (list) istilah-istilah baku berikut ini bisa membantu Anda untuk memahami lelucon yang saya maksud:
- Abort = Gugurkan
- Back Space = Spasi Mundur
- Back Up = (Rekam) Cadangan
- Bug = Kutu
- Cache = Tembolok
- Chatting = Rumpi
- Cracker = Perengkah
- Daemon = Jurik
- Domain = Ranah
- E-mail = Surel (SURat ELektronik)/ Ratron (suRAT elektRONik)
- Emoticon = Ikon Emosi
- Folder = Pelipat
- Hacker = Peretas
- Hard disk = Cakram keras
- HTML (Hypertext Markup Language) = BMHT (Bahasa Markah Hiper Teks)
- IP (Internet Protocol) = PI (Identifikasi Personal)
- Media player = Penggelar media
- Mouse = Tetikus
- Server = Peladen
- Shift = Alih
- Shut Down – Tutup Padam
- Sleep = Pudar
- Slide = Salindia
- Thread – Ulir
- Uppercase/ Lowercase = Sosok atas/ Sosok bawah
Sosialisasi istilah baku kelihatannya dilakukan secara masif dan sistematis . Platform website populer ramai-ramai meng-update interface-nya dengan bahasa Indonesia yang baku. Bahkan software Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ikut mempropagandakannya dengan meluncurkan KBBI versi online (daring/dalam jaringan) maupun versi offline(luring/luar jaringan). Beberapa praktisi membenarkannya dengan alasan untuk memudahkan penetrasi teknologi informasi (komputer dan internet) di kalangan masyarakat awam dan pengguna pemula. Mereka (awam dan pemula) seringkali merasa enggan bersentuhan dengan teknologi yang berbau asing dan kurang “membumi”.
Pertanyaannya: apakah mereka yang awam akan terus awam? Apakah pemula akan terus puas menjadi pemula? Teknologi, terutama teknologi informasi menyebar secara global dan sangat cepat melalui internet. Puluhan, mungkin ratusan aplikasi, software, dokumentasi, dan sebagainya diluncurkan setiap hari. Lalu sampai kapan Pokja kita ini sanggup bekerja untuk mereka yang terkurung dalam tempurung kura-kuranya?
Pokja tidak seharusnya membakukan semua istilah TI begitu saja tapi perlu mempertimbangkan popularitas dan memperhatikan kemiripan lafal dan ejaan istilah yang akan dibakukan. Sebab download dan upload jauh lebih dikenal daripada unduh dan unggah, nama domain pun lebih akrab daripada nama ranah. Sakitnya tuh di sini (nunjuk telinga) .
Anda punya pendapat sendiri? Silahkan sampaikan di kolom komentar. Saya mau luring, tetikus dan papan kunci saya macet, laptop juga harus di tutup padam dulu.