Tuhan dari segala tuhan memisahkan sebuah jiwa dari diri-Nya dan menciptakan keindahan. Dia karuniai jiwa itu kelembutan angin di kala fajar, dan semerbak bunga dari dataran, serta kelembutan cahaya dari rembulan.
Lalu dikaruniai-Nya secawan keriangan, seraya berfirman :”Kau takkan mereguknya kecuali jika kaulupakan masa lalu dan tak mempedulikan masa depan.” Dan, Dia karuniai kepadanya secawan kesedihan, seraya berfirman : “Kau akan mereguknya dan tahu dari mana makna kebahagiaan hidup berasal.”
Kemudian Dia meletakkan di sana sebuah cinta, yang akan mengabaikannya dengan desahan pertama dari kepuasan; dan segenggam kemanisan yang akan berlalu dari sana bersama kata pertama yang diucapkan. Dia bermaksud menurunkan padanya pengetahuan dari langit, untuk memandunya di jalan kebenaran. Dan ditanamkan di dalamnya penglihatan, agar dia dapat melihat yang tak tampak.
Di sana, Dia ciptakan perasaan yang mengalir bersama citra dan wujud malaikat; dan membalutnya dengan pakaian kerinduan yang ditenun oleh bidadari dari helai-helai pelangi. Dia letakkan kegelapan kebingungan, yang merupakan bayangan cahaya. Dan Tuhan mengambil api dari tungku perapian keramahan, satu tiupan angin gurun kebodohan dan pasir pantai keegoisan, dan tanah dari bawah kaki zaman, kemudian Dia ciptakan manusia.
Dia berikan padanya kekuatan buta untuk memberontak dalam kegeraman, bersama kegilaan dan terhenyak di hadapan sang nafsu. Dan Tuhan dari segala tuhan tersenyum dan meratap, karena tahu bahwa sebuah cinta bebas tanpa batas, dan Ia telah kawinkan manusia dengan jiwanya.
(Kahlil Gibran)