Kala ku bersetubuh dengan waktu,
Hanya lelah
Bersimbah rasa menelan bermega sukma
Bahwa,
Pelangi kita sebatas cakrawala
Sedangkan aku terlanjur mencintai kebiruannya
Seperti langit,
Atap yang tiada terjamah
Terlalu biru,
Kebiruan yang menenggelamkan pandangku
Membeku
Membekuk
Membentuk lekuk dibelahan rusuk yang tertusuk
Telah,
Berpeluhlah langit-langit jiwa
Melunturkan warna-warni pelangi kita
Hingga cakrawala berubah sudah
Sedangkan pelangi kita sebatas cakrawala
Sedangkan aku telah terlanjur mencintai kebiruannya
…
(Remember someone in PIMNAS IX, 1996)
sugadiawara