Hari ini di sela-sela pidatonya Presiden Jokowi menyinggung scorpion venom alias racun kalajengking sebagai komoditi termahal di dunia saat ini.
“Sekarang saya mau bertanya, apa komoditas yang paling mahal di dunia, pasti banyak yang menjawab emas. Bukan emas. Ada fakta yang menarik yang saya dapat dari informasi yang saya baca. Komoditas yang paling mahal di dunia sekarang ini adalah racun dari scorpion, racun dari kalajengking. Harganya 10,5 juta USD (dolar Amerika Serikat) per liter, artinya berapa? 145 miliar per liter.”
Racun kalajengking yang banyak digunakan dalam riset medis memang merupakan cairan termahal saat ini, mengingat proses pengambilannya yang tidak mudah dan sangat berisiko. Jumlah produksinya pun yang sangat terbatas. Satu kali proses “memerah” racun kalajengking, hanya bisa menghasilkan sekitar 0,006 mg sampai 2 mg racun, rata-rata dalam keadaan normal si kalajengking hanya akan mengeluarkan 0,5 mg racun atau bahkan kurang daripada itu. Kalajengking yang bisa “diperah” pun tidak sembarang. Hanya ada sekitar 25 spesies kalajengking yang diketahui menghasilkan racun “kualitas super”.
Mari kita berandai-andai. Dalam seminggu ada 7 hari, dan kita akan “memerah” racun kalajengking 1 kali dalam 2 hari untuk memberikan waktu istirahat sehari bagi si kalajengking –dan Minggu sebagai “hari libur nasional”. Dengan rata-rata terbaik 0,5 mg racun per “pemerahan”, maka kita akan mendapatkan 0,5 mg x 3 hari x 4 minggu = 6 mg racun kalajengking per bulan. Sedikit banget, ya?
Mari berandai-andai lagi bahwa kita memiliki 1000 ekor kalajengking kualitas super, maka dalam sebulan kita akan memproduksi 6 gram racun kalajengking yang setara 0,0059999988108171 liter (pengenceran normal dengan air). Angka tersebut jika dikonversikan dengan harga jual per liter yang mencapai 144 miliar rupiah (kurs rupiah hari ini 13.990 per dollar Amerika), maka akan diperoleh angka sekitar 860 juta rupiah. Jadi, kita bisa menghasilkan pendapatan kotor 860 juta rupiah per bulan, dari bekerja “memerah” racun 1000 ekor kalajengking.
Tapi karena kita nggak mungkin mengerjakan semuanya sendirian, kita harus mencari teman. Dengan asumsi waktu kerja adalah 8 jam/hari, dan 1 orang mampu “memerah” 100 ekor kalajengking dalam 8 jam itu, maka kita akan membutuhkan 9 orang lainnya untuk “menggarap” 1000 ekor kalajengking. Alhasil, 860 juta rupiah kita tadi harus dibagi dengan teman-teman kita, sehingga setiap orang akan memperoleh 86 juta rupiah.
Omzet 86 juta rupiah per bulan, bro! Untuk ukuran di negara mana pun, itu angka yang sangat lumayan. Maka, tidak heran presiden Jokowi “menyelipkan racun” di sela-sela pidatonya. Racun yang satu ini memang menggiurkan. Tentu saja itu cuma hitung-hitungan kasar dengan asumsi kita menggunakan cara konvensional untuk “memerah” racun kalajengking. Di Maroko, telah ditemukan alat robotik untuk melakukan pekerjaan ini sehingga manusia tidak harus terlibat langsung dalam kegiatan yang membahayakan jiwanya sendiri.
Selain racun kalajengking, cairan apa lagi yang juga bernilai ekonomis tinggi? Simak informasi berikut ini.
10. Darah Manusia: Rp. 5.500.000 per liter
Pengambilan darah manusia sebenarnya tidak terlalu sulit, karena semua manusia pasti punya darah! Yang bikin darah jadi mahal adalah proses pengolahan dan penyimpanannya untuk kebutuhan medis. Harganya juga bisa bervariasi di setiap negara.
9. Gamma Hydroxybutyric Acid (GHB): Rp. 9.200.000 per liter
GHB dipergunakan sebagai anestesi, juga untuk mengatasi gangguan tidur (insomnia dan narkolepsi) serta untuk penderita depresi. GHB sering disalahgunakan sebagai “obat teler” yang memberikan sensasi rasa senang, meningkatkan gairah seks, dan halusinasi yang berlebihan.
8. Tinta Printer: Rp. 9.900.000 per liter
Jangan membayangkan tinta refill suntikan atau botolan yang dijual di toko-toko komputer, ya. Yang saya maksud di sini adalah tinta original di dalam cartridge. Riset dan pengembangan teknologi tinta adalah alasan utama mengapa harga jualnya di pasaran menjadi sangat mahal. Perusahaan produsen printer Hewlett Packard bahkan menghabiskan 1 Milliar dollar Amerika per tahun untuk membiayai risetnya.
7. Air Raksa: Rp. 12.500.000 per liter
Air raksa memang sudah tidak sering digunakan dalam produksi alat-alat medis (seperti termometer) karena toksisitasnya. Tapi, sebagai satu-satunya logam cair yang tetap cair pada suhu kamar, air raksa dapat digunakan untuk menghantarkan listrik, dan dalam bentuk uap digunakan dalam lampu neon.
6. Biosentesis Insulin: Rp. 34.700.000 per liter
Secara alami, insulin diproduksi oleh kelenjar di pankreas kita dan ini tidak terjadi pada penderita diabetes tipe-1 sehingga mereka membutuhkan asupan insulin dari luar. Menurut Journal of American Medical Association, harga insulin naik menjadi tiga kali lipat antara tahun 2002 sampai tahun 2013, dan terus meningkat hingga sekarang. Harganya bisa berbeda di setiap negara dan bahkan bisa mencapai 50 juta rupiah per liter.
5. Parfum Chanel No. 5: Rp. 96.000.000 per liter
Chanel adalah produsen parfum paling terkenal di dunia. Pada tahun 1922 ahli kimia Ernest Beaux memberikan beberapa sampel parfum kepada Coco Chanel. Coco Chanel memilih botol nomor 5 dari sampel yang diberikan Beaux kepadanya karena kesukaannya pada nomor 5. Nomor tersebut kemudian digunakan sebagai merk parfum-nya yang paling terkenal dan paling mahal.
4. Darah Kepiting Tapal Kuda: Rp. 221.700.000 per liter
Kepiting tapal kuda (horse shoe crab) dikenal juga sebagai kepiting ladam atau belangkas. Memang tidak setenar Mr. Crab di Spongebob, tapi harga darahnya bisa bikin Spongebob pun geleng-geleng kepala. Darah kepiting tapal kuda digunakan untuk menguji keamanan berbagai macam produk medis, apakah terkontaminasi atau tidak. Darah kepiting ladam ini berwarna biru (dalam arti sebenarnya, bukannya kepiting ningrat), dan memiliki respon yang unik terhadap toksin bakteri.
3. Lysergic Acid Diethylamide (LSD): Rp. 454.500.000 per liter
LSD adalah senyawa kimia yang bersifat halusinogenik, memicu terciptanya halusinasi pada pemakai. Karena itu obat ini sering disalahgunakan sebagai “obat teler”. LSD dijual di jalanan dalam bentuk tablet kecil, permen, kapsul atau karamel.
2. Racun Ular Kobra: Rp. 565.500.000 per liter
King cobra adalah salah satu reptil paling berbisa di dunia. Satu pagutannya bisa membunuh seekor gajah dewasa. Berita baiknya, racun king cobra juga mengandung protein unik yang disebut ohanin. Ohanin digunakan sebagai obat penghilang rasa sakit yang 20 kali lebih kuat daripada morfin.
1. Racun Kalajengking: Rp. 144.135.000.000 per liter
Seperti yang sudah saya uraikan sebelumnya, racun kalajengking menjadi yang nomor 1 dalam hal harga. Racun kalajengking digunakan sebagai penghilang rasa nyeri pada penderita multiple sclerosis, penyakit radang usus, dan rheumatoid arthritis.
3 May 2018 at 21:10
Kenapa pemerintah nggak bisnis kalajengking aja? Kalau perlu bikin 1 BUMN baru. PT Jengkingindo, Tbk.
3 May 2018 at 21:25
Bikin pabrik racun kalajengking, jangan lupa import mesin2nya sekalian tenaga kerjanya
4 May 2018 at 15:46