“Dengen diterapken Edjaan Bikin Bodo itu di massa media dan di sekolah2, angkatan muda aken merasa bahwa buku2 jang pake edjaan2 “lama”, seandainya djumpa, pasti bikin mumet kepala, aneh, dan tara terbatja: hanja kerna edjaan belaka! Dengan demikian utek anak muda maunja ditjutji habis2an dari apa sadja jang tara diidjinken dan disebarluwasken oleh Gupermen en tjenteng2nja dikalangan intelek”
(Komentar seorang Indonesianis senior, Benedict Anderson di Mingguan Tempo tentang muatan politis dibalik “kudeta” EYD versi Orde Baru terhadap Ejaan Suwandi versi Orde Lama).
Lalu, bagaimana jadinya jika EYD dikudeta oleh Ejaan Alay versi Orde Reformasi?
*Cemungudh ea….!*