Engkaulah dia
Yang semburat merah menggurat pipinya
Di balik tirai jendela seberang sana

Sudikah engkau,
Temaniku melukis bianglala di langit nan muram itu?
Merangkum remah-remah kisah yang tercecer di masa lalu
Merangkai aksara yang tak pernah lagi terlantunkan

Sudikah engkau,
Duduk di sini, di sisiku, tepat di bahu kananku?
Memandang cahaya jinggaku yang semakin menghilang
Menggulirkan bebijian tasbih dengan mata terpejam

Engkaulah dia
Yang silhouette senyumnya samar mengembang
Menatapku meski jauh tak tergapai

Sudikah menuangkan secangkir kopi untukku?