Saya termasuk orang yang teledor, tidak teliti, acuh tak acuh, dan mungkin sedikit pemalas. Waktu sekolah dulu, sering kali terjadi saya harus kelabakan di pagi hari gara-gara lupa di mana menyimpan kaus kaki, dasi, atau topi. Kalau sudah begitu, semua orang di rumah akan ikut repot; lemari, keranjang cucian, sampai kolong ranjang jadi target pencarian. Sementara saya mulai panik dengan mimik memelas ingin menangis. Itu ekspresi paling tulus yang bisa saya tampilkan agar orang lain lebih bersemangat mencari. Memang, sesekali ekspresi yang saya gambarkan terasa kurang sempurna. Saya justru berharap benda-benda “gaib” –yang sengaja dihilangkan– itu tidak ditemukan biar saya punya alasan untuk bolos sekolah. Hahaha…!

Anda mungkin pernah mengalami kejadian seperti yang saya ceritakan. Kita sering kehilangan –dan / atau menghilangkan– sesuatu, lalu sulit menemukannya kembali. Bahkan setelah mengeluarkan seluruh kemampuan dan naluri detektif yang kita miliki, tetap saja tidak ketemu. Lantas suatu ketika, saat kita sudah melupakan atau tidak membutuhkannya lagi, atau saat kita sedang mencari “sesuatu” yang lain, tiba-tiba saja “sesuatu” yang hilang itu –seperti diantarkan oleh tangan-tangan gaib– muncul di depan mata kita. Eureka! Anda pernah mengalami hal seperti ini?

Serendipity!

Menurut Erin McKean, seorang leksikografer Amerika, serendipity adalah ketika anda menemukan sesuatu yang tidak sedang ingin anda temukan, karena mencari sesuatu yang sangat diinginkan adalah hal yang benar-benar sulit. Serendipity bisa didefinisikan sebagai sebuah proses penemuan “sesuatu” secara tidak sengaja, ketika sedang melakukan pencarian terhadap “sesuatu” yang lain.

Contoh paling populer dari serendipity adalah penemuan obat anti impotensi, viagra (sildenafil sitrat). Awalnya obat ini diteliti untuk pengobatan hipertensi dan angina pektoris. Pada tahap pertama uji klinis, Ian Osterloh menyadari bahwa viagra hanya memberi efek yang kecil pada pengobatan angina, dan efeknya justru cukup signifikan untuk ereksi penis. Nah, loh…! Ini namanya dari jantung turun ke penis!

Kelihatannya aneh, memang. Tapi kenyataannya banyak penemuan populer di bidang medis dan farmasi berawal dari serendipity. Obat-obatan golongan l-dopa yang digunakan pada penyakit Parkinson, ternyata disadari berpengaruh meningkatkan libido pada pasien usia lanjut.

Contoh lain yang cukup populer adalah kisah penjelajahan Christopher Colombus ketika sang pengelana sedang mencari rute baru menuju India. Tak disangka-sangka dia justru menemukan benua Amerika!

Sahabat,
Dalam kehidupan, kita tidak pantas hanya berharap akan sesuatu yang turun tiba-tiba seperti matahari di waktu pagi. Hidup adalah pencarian. Kita tidak pernah berhenti mencari, walaupun pencarian itu hampir selalu menemui jalan buntu. Cerita-cerita unik tentang serendipity mengajari kita betapa setiap pekerjaan yang kita lakukan tidak pernah sia-sia, bahkan boleh jadi akan menghasilkan sesuatu yang besar. Luar biasa!

Menjelang pemilihan presiden 2009, kita kembali mencari sesuatu yang sangat didambakan. Seorang pemimpin yang identik sebagai Ratu Adil, yang kelak akan membawa kita ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945.

Lebih dari 10 tahun lamanya kita mencari seorang pemimpin pasca runtuhnya rezim orde baru. Kita selalu berharap menemukannya dalam 2 kesempatan namun ternyata pencarian itu belum berakhir.

Kini, pada kesempatan ke-3, kita kembali mencari sang pemimpin, pemersatu bangsa. Layaknya serendipty, saat kita pasrah pada seorang pemimpin alternatif yang “pas-pasan”, kita justru menemukan calon presiden yang “benar-benar pas”, pada sosok Jusuf Kalla.

Christopher Colombus bisa saja kembali ke India melalui rute baru yang sedang dicarinya. Tapi untuk apa? Dia toh sudah tahu letak India. Dia lebih populer karena menemukan benua Amerika, dibandingkan –seandainya– dia cuma menemukan rute baru ke India.

Jusuf Kalla adalah sebuah serendipity. Kita tidak pernah menyangka akan menemukan seorang pejuang rakyat seperti beliau. Kita sudah terlalu lama mencari solusi tanpa berhasil menemukan, dan Jusuf Kalla adalah penemuan terbesar kita, penemuan kita bersama…!

*Image credit: Kribo Oldest (facebook)