“Jangan takut bertengkar.” Kalimat itu mungkin terasa aneh. Tapi sesungguhnya tidak. Banyak ahli yang mengatakan, hubungan yang tak pernah ditandai dengan pertengkaran, justru menyatakan ketidaksehatan hubungan itu. Dengan bertengkar, orang akan jadi jujur, dan mengemukakan semua keluhannya. Dan, melalui bertengkarlah, kita mungkin lebih tahu bagaimana cara memperbaiki diri.

Jika penyair Soebagyo Sastrowardoyo masih hidup, mungkin dia akan mengubah kalimatnya, “melalui dosa kita jadi dewasa“, menjadi “melalui pertengkaran kita jadi dewasa“. Ini bagi sebagian orang memang tampak aneh. Padahal, pertengkaran bisa menjadi sarana bagi kedekatan hubungan sebuah pasangan.

Menurut Dr. Les Parrot dalam buku tentang perkawinan, yang berjudul Saving Your Marriage Before It Starts, bahwa adalah suatu hal yang mustahil bagi pasangan manapun untuk menghindari diri dari pertengkaran. Kepala kita menyimpan banyak hal, dan bukan suatu kewajiban untuk selalu menyamakan apa pun dengan pasangan kita. Maka, menahan diri dengan maksud untuk menghindari dari masalah, justru sebuah permulaan yang buruk.

“Bertengkarlah, jika masalah itu memang ada. Tapi ingat, Anda harus tahu tujuan dari pertengkaran itu, dan bagaimana mengorganisasinya dengan baik,” anjur Parrot.

Pertengkaran adalah bumbu perkawinan. Keromatisan pasangan kini bukan dilihat dari seberapa banyak mereka menghindari pertengkaran, tapi sejauh apa mereka telah melewati ratusan pertengkaran dan tetap merasa bahagia. Pertengkaran justru menyehatkan, dan membuat dewasa. Tapi, Anda perlu cara mengelolanya.

Membaca pikiran pasangan

Kesalahan yang sering terjadi pada tiap pertengkaran adalah kita selalu terjebak pada pemikiran kita sendiri. Padahal kalau saja kedua pihak mampu menajamkan pandangan pada pikiran satu sama lain, maka proses pertengkaran menjadi permainan adu pendapat yang mengasikan.

Jangan menjatuhkan

Anda boleh mengkritik pasangan, dengan memilih kata-kata yang tepat. Bukan mencemooh, mencela dan menjatuhkan. Rasanya akan sangat berbeda. Jika Anda mengkritik dengan baik, pertengkaran justru terjadi lebih sebagai sarana tukar pikiran yang terbuka, keras, tapi tanpa kepedihan. Ini amat menyehatkan.

Pahami topik-topik yang sensitif

Memahami topik-topik yang sensitif, yang biasanya memancing emosi pasangan Anda adalah cara terbaik. Jika pun Anda ingin membicarakannya, pilihlah cara yang tepat mengutarakannya, atau bangun suasana yang intim, hingga dia tak tersinggung. Mungkin sehabis makan malam, atau seusai bercinta. Dalam kondisi seperti itu, dan Anda bisa mengatakannya seolah bercanda, pertengkaran bisa diminimalisir, dan masalah tetap dapat dibuka, dan mungkin diselesaikan.

Selalu jujur

Ini penting. Jika keterbukaan dan kejujuran Anda jaga, tak akan ada masalah yang menumpuk, dan ini tak akan membuat pertengkaran menjadi hebat. Ungkapkan dan cari penyelesaian masalah sekecil apa pun, secepat mungkin. Jangan menimbunnya, dan berharap Anda akan lupa. Suatu waktu, itu akan jadi bumerang.

Terakhir, ingat kata-kata Khalil Gibran.

“Marilah kita selalu bertengkar, May, dengan cinta. Sampai pertengkaran itu pergi meninggalkan kita, menyerah, karena dia tak pernah bisa membakar hati kita…”