Apa sih yang sebenarnya paling kamu inginkan dalam hidup ini? Kaya raya, sebuah stereo set untuk mobilmu, liburan keliling dunia? Mungkin kamu ingin menghabiskan duit sepuluh juta perak dalam tempo beberapa menit?

Mungkin kamu saat ini sudah menyerah untuk mewujudkan segala impianmu itu menjadi kenyataan, lalu kamu mencoba mengatur ulang semua impian itu agar menjadi lebih realistis atau kelihatan “mungkin” untuk diwujudkan. Ah, mungkin kamu malah nggak pernah menanyakan pada diri kamu sendiri bahwa segala sesuatu yang kamu kejar-kejar itu sebenarnya bukanlah sesuatu yang “kebelet” ingin kamu wujudkan.

(Sekali lagi) mungkin, seperti yang terjadi pada kebanyakan orang, kamu merasa adalah orang yang termiskin di dunia eh.. terpaksa sekali untuk melakukan segala sesuatu yang malah bukan kehidupan pribadi kamu yang sebenarnya. Seberapa sering kamu merasakan hal tersebut?

Ini ada sedikit ide liar. Semua yang kamu lakukan dalam kehidupan ini sebenarnya harus kamu lakukan karena memang kamu ingini atau senangi untuk melakukannya. Buat agar terlihat lebih dari segala-galanya dari yang ada di dunia. Dan ketika kamu membuat rencana-rencana (jangka panjang atau jangka pendek), kamu harus teguhkan ke diri kamu bahwa segala yang kamu rencanakan itu adalah hal yang paling menarik, sebuah kehidupan bebas merdeka seperti yang kamu bayangkan, nggak cuma sekedar standar hidup konvensional yang sering salah kaprah menilai arti “sukses” dan “jaminan hidup dihari tua”, yang semata-mata hanya mengumpulkan duit, duit, duit dan duit sedari muda.

Terus terang itu ide kebanyakan”orang normal” yang naïf dan lagipula sudah usang (out of date). Kalau analoginya adalah makanan, maka ia sudah kadaluwarsa sejak bangsa ini pertama kali memproklamasikan kemerdekaannya. Lalu mau kamu telan juga, hah?

Apa sih yang bisa lebih radikal daripada memilih sendiri apa yang ingin kamu lakukan berdasarkan besarnya rasa enjoy kamu terhadap pekerjaan/kegiatan itu? Dibandingkan dengan seberapa bermoral, bertanggungjawab dan seberapa besar hal tersebut diterima oleh masyarakat kita? Pernah tidak kamu berpikir “nakal” untuk tidak mengabdi kepada majikan atau bos kamu selain tentunya hanya mengabdi pada keinginan- keinginan kamu sendiri? Nah, sebelum dipraktekan mentah-mentah, pertama-tama berani nggak kamu memposisikan sudut pandang kamu total berbeda dengan sudut pandang kebanyakan orang? (tentunya bukan yang “asal beda” saja.

Hei, berpikir ekstrem atau radikal is not a crime, kok !).

Kembali ke topik semula. Mengejar segala keinginan-keinginan kamu bukan berarti dengan taklid buta kita ikuti segala hawa nafsu kita itu kemana pun mereka pergi. Bukan, bukan itu. Hal tersebut berarti, pertama, menemukan apa yang sesungguhnya kamu inginkan; melintasi segala keinginan dan memutuskan mana sesuatu yang lebih kuat dan mana yang lebih lemah, serta yang mana dapat membawamu pada kebahagiaan yang hakiki pada akhirannya.

Itu berarti melakukan rekonstruksi pada diri dan kehidupan kita sehingga kita dapat mengejar banyak hal yang menjadi keinginan kita dengan penuh keniscayaan (ketika nggak ada jaminan bahwa semuanya bisa tercapai, kebanyakan diantara kita lantas menenggelamkan diri mengikuti arus hawa nafsu dan melupakan kontrol diri).

Banyak pula yang tenggelam dalam alkohol, obat bius; valium, amfetamin, heroin, dan kokain. Ya, banyak juga jenis kepengecutan seperti ini. (makanya, kalau mau mabuk jangan karena dilandasi eskapisme, depresi, putus asa atau frustrasi. Mabuklah demi kesenangan ! Jadi kalau pun kamu terpaksa harus tewas karena efek mematikan dari “barang-barang haram” tersebut, paling tidak berbahagialah karena kamu mati dalam kesenangan dan bukannya dalam kesengsaraan).

Kedua, setelah kita menemukan hal-hal apa saja yang kita inginkan, langkah selanjutnya adalah membuat skala prioritas dan menganalisa sendiri keinginan-keinginanmu itu. Mungkin yang kamu inginkan adalah membuat dirimu senyaman-nyamannya. Making yourself as comfortable as you can! Mengejar segala keinginan-keinginanmu juga berarti melakukan rekonstruksi pada masyarakat sekitar kita. Setiap diri kita masing-masing sebenarnya adalah produk dari dunia yang kita tinggali ini. Dan tentunya dunia ini sendiri adalah produk dari berbagai usaha kita sehari-hari. Untuk merekonstruksi diri dan kehidupanmu, jelas kamu harus pula merekonstruksi dunia yang membentuk dan mempengaruhi diri kamu selama ini. Tentu saja untuk melakukan hal ini kita memerlukan bantuan semua orang untuk mewujudkannya.

Jika kita ingin mengejar kebahagiaan yang hakiki, maka kita harus ikut bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang kita lakukan pada bumi dan bersamanya kita yakinkan diri kita masing-masing, bahwa bumi pasti akan memberikan kebahagiaan pula kepada seluruh masing-masing dari kita. Don’t be apathetic and egoistic, ok ? Tetapi, melakukan segala sesuatu yang kita inginkan bukankah nanti malah menjebak kita untuk saling baku hantam dengan sesama karena terjadinya perbenturan masing-masing kepentingan? Tidak. Hal tersebut malah memberi kekuatan pada diri kita untuk saling bekerja dan mendukung satu sama lain. (Ehm, saya jadi teringat dengan stiker band hardcore DEAD PITS dulu, “Support Not Compete!!;).

Demi kebaikan, sebuah tugas mulia yang paling ambisius tentu nggak bakalan bisa diwujudkan sendirian, bukan? Tugas mulia itu amat membutuhkan partisipasi dari semua orang, bahkan seluruh lapisan masyarakat. Kebanyakan dari kita pasti menginginkan pergaulan yang luas, persahabatan sejati, merasakan kebebasan dan keamanan dalam hidup bersama lebih dari segala-galanya. Nah, untuk itu kita perlu kontribusi seluruh orang untuk memberikan yang terbaik demi tercapainya keinginan bersama tersebut. Untuk menciptakan sebuah lingkungan sosial di mana masing-masing dari kita dapat merasakan hidup di kehidupan yang sejati, kita harus membuatnya menjadi sebuah keniscayaan untuk mengejar mimpi-mimpi kita dan bebas juga dalam berekspresi serta berkreasi.

Ya, ini akan menjadi suatu hal yang berat, terutama pada awal-awalnya. Tak ada yang lebih susah daripada memaksa agar kita selalu bisa jujur pada diri sendiri, ini yang paling dibutuhkan dari diri serta kehidupanmu sehari- harinya. Kejujuran memang seakan memposisikan diri kita ke dalam kondisi yang lebih aneh dari sebelumnya, itu sudah pasti. Tetapi inilah inti dari perjuangan yang sebenarnya! Sebuah kontes hidup yang jika kita bisa lakukan bersama- sama, maka kita akan menang melawan segala sesuatu yang buruk dan picik di dunia ini. Alternatifnya, tentu saja, mempersiapkan segala sesuatu yang kita miliki hari ini dan jangan pernah mempertanyakan apakah ada yang lebih baik selain daripada tetap bertahan untuk hidup (staying alive). Kebahagiaan jelas tidak datang begitu saja setelah kamu berusaha mendapatkan apa yang kamu inginkan dan miliki, tetapi hal itu lebih dari sekedar proses pencarian kebahagiaan yang berasal dari upaya mengejar keinginan-keinginan serta ambisi-ambisi tersebut. Hidup menjadi amat menyenangkan ketika kita bebas untuk melakukan dan menjadi apa saja yang kita inginkan, bukan?

Setelah lama kita terperangkap dalam makna ‘bertanggungjawab’ yang salah kaprah dan selalu didesak ‘keharusan-keharusan’, akhirnya kita malah tidak terbiasa untuk mengekspresikan diri sebebas dan semau mimpi-mimpi kita.

Kini adalah saat yang tepat untuk mempelajari semua hal tersebut, tapi bagaimana?

Sekarang coba kamu ingat-ingat kembali hari-hari paling bersejarah sepanjang hidup kamu. Hari ketika untuk pertama kalinya kamu menyatakan cinta kepada seseorang yang benar-benar kamu impikan, hari untuk pertama kali kamu mencium atau diciumnya. Atau ketika untuk pertama kalinya kamu mendengar musik punk rock, hardcore, metal atau bahkan dangdut, misalnya. Bisa juga hari yang untuk pertama kalinya kamu ‘sukses’ mengutil sebatang coklat di supermarket, pertama kalinya menonton film biru (BF), melakukan (maaf) masturbasi/onani atau mungkin pengalaman pertama mabuk-mabukan bersama kawan satu SMA, misalnya.

Jika kamu mampu untuk mengingatnya, kemudian bayangkanlah hal itu bagai seribu anak pintu yang terbuka lebar dan kamu merasakan dunia tampak lebih besar dan luas dari apa yang sebelumnya tak pernah kamu bayangkan. Ketika tiba-tiba saja segalanya nampak serba memungkinkan. Serba niscaya.

Pertanyaannya: LALU MENGAPA TIDAK BISA SETIAP HARI KITA MERASAKAN HARI-HARI SEPERTI ITU ?

Well, untuk satu alasan, kamu pasti sepakat kalau saya bilang bahwa kita tidaklah hidup dalam sebuah lingkungan yang didesain khusus hanya untuk menyenangkan hati atau mengejar segala keinginan kita semata, bukan? Apapun retorika-retorika tentang ‘kemerdekaan dan pencarian kebahagiaan hakiki’ adalah sah-sah saja, namun sayangnya lingkungan masyarakat kita ini terlalu dipenuhi oleh berbagai macam hal-hal yang absurd dan terlalu membingungkan segala larangan-larangannya.

Kita semua sibuk sendiri memperjuangkan mimpi-mimpi agar menjadi kenyataan. Ya, sendirian saja. Dan masing-masing dari kita merasakan ketidakberdayaan, yang mana susah sekali bagi kita untuk berfikir bahwa dunia yang kita huni dapat seperti ini sebenarnya karena hasil usaha-usaha kita bersama juga. Kita semua yang membuat keadaan dunia seperti ini! Spesies kitalah yang telah mengubah total planet beserta segala isinya. Lalu sebaliknya, apa hal terbaik yang dapat kita lakukan bagi dunia? Jika kamu menjawab “Nothing!”, kenapa nggak dari sekarang juga kita stop pembangunan-pembangunan yang hanya merusak, mengotori, menodai bahkan menghancurkan dunia ini? Untuk selanjutnya kemudian kita investasikan cara-cara hidup dan bekerja yang sama sekali baru, sehingga kita dapat saling membentuk sebuah dunia baru yang lain. Sebuah dunia yang ramah serta menyenangkan bagi semua umat manusia dan juga bagi segala jenis kehidupan yang eksis di muka bumi ini. Kalo bukan untuk menemukan kesenangan dan kebahagiaan hakiki, lalu buat apa kita kerja capek-capek?

Pernahkah kamu merasakan yang namanya cinta dan merasakan sesuatu yang sesungguhnya terasa baik namun terlihat berbahaya?

Merasakan cinta tumbuh dalam diri kita sama halnya dengan menginginkan hidup di dunia lain. Sebuah dunia yang lebih menarik, lebih indah dan lebih menyenangkan.sebuah dunia yang bebas perhatian. Dunia di mana segala- galanya memiliki arti dan tidak ada sesuatu apa pun bisa terlihat bodoh atau tidak berguna.

Hei, lalu mengapa tidak kita mulai untuk membangun dunia seperti itu hari ini dan sekarang juga…?

(didekonstruksi dari artikel Crimeth.inc)