Seperti yang diketahui, sistem operasi yang umum digunakan pada komputer (PC) dan laptop adalah Windows OS, mulai dari Windows 7, Windows 8, sampai Windows 10 (Windows XP perlahan sudah mulai punah). Di sisi lain, Android adalah sistem operasi yang sangat populer pada gadget-gadget mobile, handphone maupun tablet. Kalau di Windows, program atau game-nya menggunakan ekstensi .exe (executable), maka di Android ada file berekstensi .apk (Android package) yang digunakan untuk menginstall aplikasi atau game.
Virtual Machine
Karena tipe file-nya berbeda, kita tidak mungkin meng-install file .exe di Android. Pun sebaliknya, menginstall file .apk di sistem Windows adalah mustahil. Untuk mengakalinya, cara termudah yang bisa digunakan adalah dengan virtual machine. Anda membuat komputer baru di dalam komputer anda yang asli. Jadi seolah-olah anda mempunyai 2 buah komputer, meskipun sejatinya cuma ada 1 mesin fisik (processor, RAM, harddsik, VGA card, adaptor wifi, dan sebagainya). Secara kasat mata, komputer anda cuma 1, tapi di dalamnya ada 2 sistem yang berjalan. Komputer fisik anda “dipecah” menjadi 2, dengan komputer yang kedua adalah komputer virtual yang berjalan di dalam komputer pertama (komputer fisik).
Hmm, agak ribet ya menjelaskannya? Ya, seperti itulah kurang lebih. Nah, karena komputer virtual ini adalah hasil “pembelahan” dari komputer asli, maka dia akan menggunakan resource dari komputer asli. Anda harus meng-alokasikan (membagi-bagikan) kapasitas fisik (hardware) komputer asli anda. Misalnya, di komputer asli anda mempunyai processor dengan 4 core, maka anda bisa membaginya menjadi 2 core per komputer. RAM yang 4 GB, dihibahkan 2 GB kepada komputer virtual. Atau harddisk yang 500 GB disumbangkan 100 GB untuk si komputer virtual. Begitu juga dengan VGA card. Sedangkan hardware lainnya seperti keyboard, mouse, dan adaptor wifi bisa dipergunakan bersama-sama oleh kedua komputer. Untuk membuat virtual machine seperti yang saya jelaskan ini, anda membutuhkan software seperti VirtualBox (https://www.virtualbox.org/) atau VMWare Workstation (https://www.vmware.com/). Mana yang terbaik, bagaimana menggunakannya, silakan anda coba sendiri. Tidak sulit kok. Alurnya seperti yang sudah saya ceritakan.
Android Emulator
Setelah anda mempunyai “komputer baru”, si virtual tadi, anda bebas memasang sistem operasi apa saja di dalamnya. Mau Windows, Linux, MacOS, bahkan Android pun bisa. Beberapa developer software kemudian (dengan semangat ingin mempermudah user) membuat “ready to use” Android virtual machine. Jadi anda tidak perlu lagi repot-repot menggunakan VirtualBox atau VMWare Workstation untuk membuat virtual machine, lalu tambah repot lagi dengan menginstall sistem operasi Android ke dalam virtual machine tersebut. Mesin virtual Android siap pakai ini dikenal juga sebagai Android emulator, yang di dalamnya sudah terpasang sistem Android yang siap digunakan, persis seperti Android di handphone atau tablet anda. Jadi, anda seolah-olah mempunyai gadget baru.
Anda bisa mencoba emulator Android yang banyak tersedia saat ini. Beberapa di antaranya yang pantas dijajal misalnya:
- BlueStacks (https://www.bluestacks.com/),
- AMIDuOS™ (http://www.amiduos.com/),
- Andyroid (https://www.andyroid.net/),
- YouWave (https://youwave.com/),
- Droid4x (https://droid4x.org/),
- Windroye (http://www.windroye.com/),
- MEmu (http://www.memuplay.com/), atau
- NoxPlayer (https://id.bignox.com/).
Masing-masing emulator punya kelebihan dan kekuranganya. Ada yang feature-nya lengkap banget, bahkan sudah tersedia pre-installed game, ada yang sudah dalam posisi rooted, dan sebagainya. Tapi ada juga yang loading-nya lambat, banyak bugs, wifi nggak bisa aktif, malah ada yang physical keyboard-nya nggak berfungsi. Silakan dicoba saja satu-satu. Saya sendiri pada akhirnya lebih nyaman memakai MEmu dan NoxPlayer. Kalau anda minta yang recommended dari saya, ya 2 emulator yang terakhir itu.
Tapi, kelemahan dari emulator-emulator tersebut adalah masalah penggunaan resource komputer fisik. Dan ini adalah masalah besar. Karena emulator Android menggunakan virtual machine, otomatis “kekuatan” komputer anda tidak akan sama seperti aslinya. Yang paling utama adalah RAM, VGA, dan processor. Dengan kapasitas yang sudah dibagi-bagi, performanya pun otomatis berkurang. Akibatnya timbullah efek-efek negatif yang paling ditakuti oleh para gamers seperti lambat loading, lag, flicker di monitor, atau “goyang patah-patah”. Untung-untung kalau game-nya tidak “force closed” atau malah emelator-nya yang nge-hang gara-gara komputer anda kepanasan (over heat). Jadi, anda membutuhkan komputer dengan spek yang “lumayan” untuk bisa bermain game dengan nyaman menggunakan emulator Android. Saya memakai processor intel core i5, RAM 4 GB, dan VGA ATI Radeon 256 MB. Dan itu masih sangat jauh dari lumayan, apalagi nyaman.
Dual Boot Android OS
Jadi, kalau anda ingin nyaman bermain game Android di komputer atau laptop dengan spek biasa-biasa saja, jangan menggunakan emulator. Tinggalkan, lupakan. Satu-satunya cara terbaik adalah memasang Android di physical machine anda, sehingga tidak perlu melakukan pembagian resource, alokasi, jatah-jatahan dengan virtual machine.
Dengan menggunakan mode dual boot, anda bisa menginstall Android di komputer anda tanpa harus kehilangan sistem operasi utama anda (windows, misalnya). Jadi, ketika harus bekerja (terutama pekerjaan-pekerjaan office yang menggunakan Word, Excel, PowerPoint, dan lain-lain), anda bisa booting ke Windows seperti biasa. Saat mau main game Android, tinggal pilih opsi booting ke Android. Repot dong ya? Harus reboot kalau tiba-tiba harus mengerjakan sesuatu di Windows. Reboot lagi untuk main game, reboot lagi untuk kerja. Ya, memang repot. Namanya juga dual booting. Kalau nggak mau repot, beli saja lagi komputer baru khusus untuk diinstall Android. Jadi gamer itu berat, bro! Biar si Dylan saja.
Oya, untuk OS Android-nya sendiri anda bisa mencoba beberapa pilihan. Ada Android-x86 (http://www.android-x86.org/), native Android alias masih perawan, belum diapa-apain. Kalau mau yang fully customized, ada Phoenix OS (http://www.phoenixos.com/) dan Remix OS (http://youxi.jide.com/). Keduanya bagus. Tapi saya pilih Phoenix OS karena bisa diinstall di flashdisk, jadi tidak perlu membuat partisi baru di harddisk. Selain itu file installer Phoenix OS juga lebih kecil. Apalagi support dari developer Remix OS terlihat kurang responsive. Bahkan belakangan terdengar kabar bahwa pengembangan Remix OS sudah dihentikan.
Lalu cara install-nya bagaimana? Googling saja, banyak kok tutorialnya. Di YouTube juga banyak yang ngasih tutorial, tinggal diikutin langkah-langkahnya. Jadi gamers jangan manja, bro. Kalau ada yang nggak jelas, silakan komentar di bawah, saya akan coba membantu.
12 April 2024 at 20:12
Hi there
Just checked your antarnisti.com baclink profile, I noticed a moderate percentage of toxic links pointing to your website.
11 April 2024 at 01:51
Hi, I read your blogs daily, keep doing what you’re doing!
7 April 2024 at 07:46
Excellent from you, man
6 April 2024 at 16:12
Do you have any video of that? I’d like to find out some additional information.
6 April 2024 at 11:31
Very descriptive blog, I loved that bit.
6 April 2024 at 04:18
I am truly enjoying by these.