Malam mendaki Kelip bintang melarut Orang malam mengutuk Malam bersorak Langit menyuram seram Orang malam meringkuk Malam itu… Saatnya orang malam Di sudut emper Semalam sepi Orang malam bermalam Sekarat di ambang Malam menguap Pagi bersendawa Orang malam murung Terbit… Continue Reading →
Tak ada irama berisik Tak ada ketukan sepatu Tak ada detak jarum jam Tak ada lagu jangkerik Tak ada vokal para tokek Yang ada hanyalah Tarikan nafas Teratur Naik dan turun Yang ada hanyalah Tepukan gusar Lemah dan keras Yang… Continue Reading →
Happy Birthday To Me …!!! *teriak* Iya, hari ini saya genap 24 tahun dan itu berarti umurku berkurang satu lagi. Bertambah? Oops, ini yang perlu dibenerin : Pelajaran Bahasa Indonesia oleh J.S. Badudu. Sabar! Tahan dulu, pelajaran yang satu itu… Continue Reading →
Pantai ini tak lagi berombak. Nyanyian camar telah lama berlalu, hilang tiada berjejak. Aku hanya menangisi sebuah kehampaan yang terhampar di sepanjang garis cakrawala… ah…
Sehari setelah naik takhta sang raja berkata, “Dunia ini milikku!” dan rakyatnya bersorak gembira. Mereka bangga bertuankan seorang ambisius. Mereka menyambut titah sang raja dengan gempita. Tujuh hari tujuh malam mereka berpesta pora dengan makanan, minuman, tari-tarian dan nyanyian wanita… Continue Reading →
Orang-orang pergi-datang memburu matahari. Kota-kota dibiarkan terbakar sendiri, tak jelas apa dimaui. Para tetua hilang wibawa diam kecewa. Orang-orang melewatinya sambil terus berebut, saling mendahului ke arah berganti-berganti. Mereka berkata segala, mereka makan segala, mereka meneguk segala. Ketika matahari semakin… Continue Reading →
Jiwaku berkata dan menasihatiku agar memuaskan kehausanku dengan minum anggur yang tidak dituangkan ke dalam cangkir, yang belum terangkat oleh tangan, dan belum tersentuh oleh bibir, hingga hari itu kehausan seperti nyala redup yang terkubur dalam abu, dan tertiup angin… Continue Reading →
Dari lubuk hatiku burung terbang dan membubung ke angkasa. Meski makin tinggi membubung, ia tampak makin membesar. Mula-mula seperti burung layang-layang, kemudian seperti camar, lalu seperti elang, lantas sebesar awan musim semi, selanjutnya melayang di langit yang penuh bintang. Dari… Continue Reading →
Kumenatap pada angin yang menderu gelisah … Berharap ‘kan datang badai senja itu benamkan semua tanya semua sesak semua luka BENCANA ! Burung-burung takkan pernah mampu tuk terbang lagi Api membakar sayapnya … membara dan embun pagi menjadi dongeng bagi… Continue Reading →
© 2025 Antarnisti — Powered by WordPress
Theme by Anders Noren — Up ↑