Senyumku tak lagi berarti saat aku mendapati diriku asing bagimu Tak sudikah kau memaafkan aku sayang? Setelah laut dipenuhi dengan tetes-tetes air mataku yang tak pernah berhenti mengalir menyuarakan sesal? Bagaimana lagi harus ku ucapkan pengakuan ini: “Aku masih Mencintaimu”… Continue Reading →
Tersenyumlah perempuanku Lepas sejenak candamu Biarkan meluap bagai embun Menetes bersama ribuan titik-titik bening Tengoklah daku seumpama malaikat kecilmu Peri bagi pedih dan dukamu yang pernah ada Teriaklah gadisku Pekakkan saja telingaku bila inginmu ceria Bagilah dukamu padaku selagi rasa… Continue Reading →
pagi hampir pasti tengah malam lenyap beberapa jam lalu, pagi hampir pasti, azan berkejaran di udara, pecah dari satu surau ke surau yang lain tapi percakapan kita tak juga berubah azan tak juga menjadi tasbih. Kawan, pagi hampir pasti, biarkan… Continue Reading →
Tangan kepakkan jadi sayap Melompat ringan kesana kemari Bertari riang dalam ciap-ciap Sepasang burung gereja Ketika bercerita tentang angin gelap Sesudah mentari terang Saat jendela pagi kembali terbuka Kala jiwanya seolah kehilangan nurani Merantai gerak tanpa suara Menyiksa kerinduan tanpa… Continue Reading →
Aku coba melukis rona Dalam mata sang kekasih yag bening Mengintip lorong panjang sukma Dengan kepakan lincah tangan bersayap Kupu-kupu yang berterbangan Menjelma sajak indah dalam gulungan daun Bersimpuh di taman hatimu Rindangkan jiwa yang resah Bila gelisah merangsang rindu… Continue Reading →
perempuan mengejar rembulan merangkum sajak sebait kelam, lalu perlahan menapak awan dicacinya angkasa raya sebab asa tak lagi kuasa redakan gemuruh di dada *) Big Stone, 26 April 2005 Kepada Seorang Perempuan
mengapa tertawa jiwa kala api menggejolak tak ada lagi jeda dari kegilaan aku sendiri berangan memerangkap waktu dalam kurungan dendam hari-hari seperti memburu dari dengus yang meleleh dari napas panjang dari erangan tertusuk luka mencoba menyusun lagi alfabet yang berserakan… Continue Reading →
Di mana mereka…? Yang ketika jatuh datang menghiba Yang berharap berbagi rasa kala kekecewaan menghimpit jiwa Yang selalu berkeluh kesah tentang hidup, tentang cinta dan tentang dunia Mereka telah meraih dunianya Mereka telah berbahagia Dan mereka telah lupa… Aku sendiri,… Continue Reading →
aku menikammu, begitu tepat di atas lukamu, perih menganga, dan merah berdarah aku mengikat tubuhmu lemah, mengoyak dada kirimu, merogoh kedalam rongganya, merenggut gumpalan jantungmu, lalu melahapnya mentah-mentah… Big Stone, 01 Mei 05
© 2025 Antarnisti — Powered by WordPress
Theme by Anders Noren — Up ↑